In learning English, we have to learn about listening, speaking, reading, and writing well. To improve and increase our English, we need more attention to learn all of part of English. In Listening, for example, we listen the native speaker when introduce about who her name is, where she live, and what she does. We have to listen carefully to get mean what she said. And then, we try to speak English with another people. As we know, if we want to speak English fluently, we should speak with native speaker. There, we can improve our pronunciation, spelling, stressing of words in every sentence. Besides that, the next step is reading. With reading, we can learn and understand about the genre of text, the topic idea, the sequence of event, etc. And the last step is writing. Writing is the hard part of English I think. Because we write an article use simple sentence, compound sentence, and complex sentence. But, it is not being big problem for us anymore if we want study hard and try it every day. Keep trying on.
Afnita Damayanti
Blog Sederhana yang masih butuh expansi coretan.. hehehhe
Rabu, 18 Mei 2011
Minggu, 03 April 2011
PRINSIP-PRINSIP ISLAM TENTANG EKONOMI
A. Islam Agama Sempurna
Secara eksplisit, Al-Qur’an menegaskan bahwa Islam adalah agama yang telah disempurnakan dan telah diridhai Allah SWT (Q.S. Al-Maidah, 5:3). Sebagai agama yang sempurna dan universal, Islam memberi tuntunan dalam segala aspek kehidupan manusia: jasmani-rohani, individual-sosial, spiritual-material, dan dunia-akhirat.
Perekonomian merupakan salah satu aspek yang sangat penting bahkan dapat dikatakan sebagai tulang punggung kehidupan masyarakat, sehingga Islam sangat memperhatikan masalah ini.
B. Landasan Ekonomi Islam
Tuntunan-tuntunan Islam dalam bidang ekonomi diberikan dalam bentuk garis-garis besar agar dapat dikembangkan dan senantiasa selaras dengan segala waktu dan tempat. Azhar dalam bukunya “Garis Desar Sistem Ekonomi Islam” menyebutkan bahwa ekonomi Islam berlandaskan: aqidah, moral, dan yuridis.
1. Landasan Aqidah
Islam menegaskan bahwa manusia adalah makhluk yang dipercayai sebagai khalifah, yaitu yang mengemban amanah Allah untuk memakmurkan kehidupan di bumi (Q.S. Al-An’am, 6:175, Q.S. Hud, 11:61). Pemberian legitimasi untuk memanfaatkan alam semesta ini bagi manusia diimbali dengan kewajiban untuk mewujudkan kebaikan dan kemakmuran serta diiringi dengan larangan berbuat kerusakan. Memanfaatkan potensi alam dan mencari nafkah untuk kebutuhan hidup bukanlah tujuan tapi hanyalah sarana untuk mencari keridhaan Allah semata. Islam juga menganjurkan umatnya untuk beramal dan bekerja.
Harta benda yang dimiliki seseorang tidak akan menimbulkan hak-hak istimewa baginya, begitu sebaliknya bagi yang tidak mempunyai harta tidak akan berkurang hak-haknya dalam kehidupan bermasyarakat. Perlu diingat bahwasannya dalam Islam, harta adalah ujian, yaitu apakah dengan itu seseorang dapat bersyukur atau sebaliknya. Harta bukanlah segalanya, karena Allah tidak membenarkan bagi orang yang mengatakan bahwa kekayaan itu berarti suatu kemuliaan dan kemiskinan merupakan kehinaan. Semua manusia mempunyai kedudukan yang sama dimata Allah, yang membedakan hanyalah kadar ketaqwaannya (Q.S. Al-Hujarat, 49:13).
2. Landasan Moral
Islam mengajarkan bahwa tangan diatas lebih baik daripada dibawah, dan menilai bekerja dengan niat baik adalah ibadah, tidak boleh terlalu bergantung pada orang lain. Bahkan Islam menilai bahwa makanan terbaik adalah yang diperoleh dari usaha sendiri dan diperoleh dengan cara halal. Islam juga menganjurkan kepada semua umatnya untuk senantiasa memberi jasa kepada masyarakat. Azhar (1998) menyebutkan bahwa kegiatan-kegiatan manusia dalam bidang ekonomi harus disertai dengan syarat-syarat etis agar dapat memenuhi landasan moral, yaitu yang mempunyai syarat kegiatan-kegiatan yang dilakukan harus halal dan juga harus dilakukan dengan cara yang baik, dalam arti tidak menimbulkan kerugain baik bagi dirinya, orang lain, atau masyarakat luas. Dan juga kegiatan yang dilakukan tidak terlepas dari prinsip keadilan.
3. Landasan Yuridis
Landasan yuridis ekonomi Islam sama dengan landasan ajaran Islam pada umumnya, yaitu Al-Qur’an, Al-Hadis dan Ijtihad. Al-Qur’an memberikan pedoman-pedoman dalam garis besar. Al-Hadis menjelaskan perinciannya. Sedang hal-hal yang tidak dengan jelas diatur oleh keduanya, maka ketentuannya dengan ra’yu atau ijtihad.
C. Prinsip-Prinsip Ekonomi Islam
Sampai saat ini belum ada kesepakatan ulama atau cendikiawan muslim tentang prinsip-prinsip ekonomi Islam. Namun dari beberapa literature yang sudah ada, dapat disimpulkan bahwa prinsip-prinsip ekonomi Islam adalah yang akan dijelaskan sebagai berikut:
1. Allah Pemilik Mutlak
Prinsip bahwa Allah adalah pemilik mutlak atas segalanya didasarkan pada firman Allah surat Al-Najm/53;31 dan surat Al-Hadid/57:7. Dengan demikian, hak manusia atas harta kekayaan dan sumber daya alam terbatas pada pengurusan dan pemanfaatannya saja, sesuai dengan kehandak dan ketentuaan Allah Sang Pencipta dan Pemilik. Selain itu, lama kepemilikan manusia atas suatu barang hanyalah sebatas usianya di dunia.
2. Halal dan Haram
Dalam usaha mencari dan memanfaatkan harta kekayaan, manusia diberi kebebasan menurut kemampuan dan keahlian mereka, asal baik dan halal. Al-Qur’an dan Al-Hadis tidak merinci pekerjaan apa saja yang harus dikerjakan, namun hanya menyebutkan usaha-usaha yang dilarang, seperti; merampas harta benda orang lain, mencuri, menipu, melakukan penggelapan, menyuap dan disuap, judi, berbuat curang, dan ghasab ( memanfaatkan hak milik orang lain tanpa izin), Rasulullah dalam hal ini bersabda: “Barangsiapa menghasab sejengkal tanah, akan Allah kalungkan padanya kelak tujuh bumi di hari kiamat”.
3. Larangan Menumpuk Harta
Islam tidak menginginkan adanya penumpukan harta tanpa difungsikan sebagaimana mestinya, karena hal ini dapat mematikan perekonomian. Diawal, Al-Qur’an (Q.S. Al-Baqarah, 2:2-3) sudah disebutkan bahwa: “Menafkahkan rejeki yang telah dianugerahkan Allah merupakan salah satu dari tiga sifat orang yang bertaqwa”. Sebaliknya, Allah akan memberikan adzab pedih bagi yang menyimpan harta tanpa menafkahkannya (Q.S. At-Taubah, 9:34).
4. Jaminan Sosial
Islam menginginkan terwujudnya masyarakat ideal, dimana setiap warganya memperoleh hak-hak dan dengan ikhlas melaksanakan kewajibannya. Sehingga tidak ada warga yang terlantar dan diperlakukan tidak adil. Islam juga menekankan adanya jaminan tingkat dan kualitas hidup minimum bagi seluruh masyarakat. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya ayat Al-Qur’an yang menekankan hal tersebut, misalnya: adanya hak fakir miskin didalam harta orang kaya, kekachan terhadap fakir miskin adalah penyebab dijebloskannya manusia ke dalam neraka Saqar, orang yangbtidak memperdulikan nasib para buruh, orang yang menghardik anak yatim dan acuh terhadap orang miskin.
5. Zakat
Zakat merupakan salah satu rukun Islam, disebutkan beriringan dengan kata shalat sebanyak 82 kali. Hal ini menunjukkan pentingnya zakat dan shalat dalam Islam. Dalam kehidupan bermasyarakat, zakat mempunyai arti yang sangat penting, yaitu berfungsi untuk meningkatkan kesejahteraan fakir miskin, memperkokoh ukhuwah islamiyah, menghilanghkan kecemburuan sosial, menjembatani jurang pemisah antara yang kaya dan yang miskin, menolong Ibnu Sabil dan orang yang terlilit hutang, dan juga sebagai sarana pemerataan pendapatan.
6. Larangan Riba
Al-Qur’an dan Al-Sunnah dengan tegas melarang praktek riba yang secara harfiyah berarti kelebihan atau tambahan terhadap pokok yang dipinjamkan. Harta yang didapat dari riba tidak akan diridhai oleh Allah. Disamping itu, Al-Qur’an juga menyebutkan bahwa orang yang memakan riba, jiwanya tidak tentram, karena kemanusiaan mereka berkurang dan dipenuhi oleh nafsu untuk mendapatkan keuntungan. Orang-orang seperti inilah yang akan diperangi oleh Allah dan RasulNya.
7. Prinsip Keseimbangan
Prinsip keseimbangan harus mendasari perilaku ekonomi seorang muslim. Islam menekankan umatnya untuk hidup hemat dan menjauhi keborosan serta meninggalkan perbuatan dan perkataan yang tidak bermanfaat. Beberapa ayat Al-Qur’an ini menegaskan betapa pentingnya memelihara keseimbangan, baik keseimbangan antara kepentingan dunia-akhirat, pribadi-masyarakat, maupun antara hak-kewajiban.
8. Prinsip Pemerataan
Al-Qur’an banyak memberikan pendapat agar terwujud pemerataan dalam masyarakat. Islam mengakui hasil kerja seseorang. Setiap orang, baik laki-laki atau perempuan akan mendapatkan bagian sesuai dengan usahanya. Islam menganggap kelebihan seseorang dari yang lainnya, baik fisik, mental, dan keuletan maupun yang lain sebagai sunatullah dan merupakan ujian bagi manusia.
Senin, 28 Maret 2011
Assignment 2
Where a Rule Just Being Displays
Speaking of rules, actually what is that rule? Regulation is a provision that has been made and approved and that must be adhered to for the common good. But now the rules have changed function, no longer to be obeyed, but like most people have been saying in Indonesian that, "peraturan dibuat untuk dilanggar". How ironic!
For example, yes, on our beloved campus lot of rules or provisions that must be obeyed by all students of the campus, such as regulations in accessing the Internet at any hotspot. In the park clearly displayed two boards which contain the areas that should be occupied by students. Boy’s hotspot areas on the right, while the girl’s hotspot on the left. In fact, both boards were only as an ornamental garden alone. Because many students who are the boy in the area's girls, and vice versa.
In addition, there are also rules about how to dress while on campus or while attending lectures for the students. The students are encouraged to wear loose clothing and polite, must also be shod. Besides that, it is not yet or not as expected. There are many students did not heed these rules. They seemed to close your eyes and ears, as if he did not want to know what is written clearly in the rule book and also what is often a lecturer warned. They are still safe and comfortable wearing dress like a model.
Actually, what a burden does run the existing regulations? Though it only told to dress nice and polite. Because, with polite and well dressed, this is a reflection of the people educated not sloppy. Moreover, we are studying at the university that promote and teach the Islamic materials. But, why do not reflect our attitude as a people of Islam? We should have it shame, shame as the people of Islam and educated, but dressed like when we want to go picnic.
Because you remember, it is like the Javanese proverb says, "Ajning diri saka lati, Ajining raga saka busana", which means, we will be rewarded others if we can respect ourselves by way of spoken and well behaved, well dressed and polite. So, from now on let us all improve our behavior ranging from how to dress. Starting from how to dress, it will be good also our behavior, God willing. And also, it would be unsightly if all laws be obeyed.
Rabu, 16 Maret 2011
Forgetful
Assignment 1
Name : Afnita D.
NIM : A. 320090101
In Sunday morning, Ita get up early to make some meals for breakfast. She look very happy because today she will go to picnic with her boyfriend.
“Oh God, it is the first time I will go with my boyfriend”, she said happily.
After preparing all of her need, someone knock the doors hardly and called her name.
Then she walked up to the doors and asked from in the house, “Who is it?”. “ I’ am Happy”, he answered. “Oh, It is You.. come in darling. Please wait me for a while, because I ‘am not ready yet”, Ita ask to Happy. “Ok, I ‘m waiting for you patiently baby”, He said.
Happy still waiting for her in the livingroom. But, almost an hour Ita do not appear yet.
“Baby.. what are you doing? Why are you do not appear? What time is it? I can not waiting for you too long” , said Happy patiently. “Sorry darling, my hair dryer has lost when I cleaned my bedroom yesterday”, Ita said loudly from her bedroom.
No long time later, Ita go out from her bedroom. Then they are ready to go to Ancol. Before they go, suddenly Ita’s cellphone is ringing.
“Hallo Lily, what is going on?”, Ita asked. “Do not forget about our assignment. We will do it today”, Lily said. “Oh My God, I forget. Sorry...”, said Ita.
Then Ita said, "Sorry darling, we can not go now, because I have to finish my homework with my friend. I has been make appointment with her". "Oh, ok baby. no problem", he said and then he smile wisely.
Finally, they do not go to Ancol. Ita walk in to her house and then Happy back to home.